Sabtu, 03 Juni 2017

PENGALAMAN MAGANG 2

Pengalaman Terkait Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar
Oleh:
(14120126)

            Pengalaman saya saat magang 2 di salah satu sekolah dasar di daerah perkotaan, saya menjumpai anak yang berkebutuhan khusus/ inklusi yaitu seorang siswa laki-laki (sebut saja X) yang sudah berada di kelas tinggi karena dia lamban dalam menerima pembelajaran dan hiperaktif. Dia duduknya dipisah sendirian tidak bersama teman-temanya karena anak itu suka mengganggu temannya, menjaili temannya, tidak bisa diam/tenang dan sangat lamban dalam menerima materi pembelajaran sehingga anak itu duduk sendiri karena tidak ada yang mau duduk sebangku dengannya. Ia di tempatkan duduk sendiri di samping meja guru dengan tujuan agar tidak mengganggu temannya dan guru lebih dapat memantaunya dengan mudah. Namun, walau dia duduk terpisah dan berdekatan dengan meja guru dia tetap saja tidak bisa duduk diam dalam pembelajaran tetapi berkeliling kelas menghampiri teman-temanya untuk diajak berbicara dan bermain serta jail dengan siswa putri. Sehingga teman-temanya merasa terganggu dan tidak nyaman berada di dekat siswa tersebut. Anak tersebut seperti tidak tertarik dengan belajar, setiap teman-teman yang lain memperhatikan guru saat pembelajaran dia malah asik bermain membolak-balik bolpoint dan bukunya, saat ditanya guru di sama sekali tidak paham dan hanya senyum-senyum saja. Saat guru mendekati bertanya dia selalu menjawab tidak bisa dan tidak mau diajari. Materi yang mudahpun harus diajarkan berulangkali dan dia tetap tidak bisa. Menurut teman-temanya memang dia sangat lambat dalam menerima pembelajaran, nakal dan tidak bisa diam. Guru kelas pun menuturkan dia sangat jail dan suka nakal dengan temannya. Dia sulit sekali untuk menerima materi pembelajaran walapun sudah diperlakukan lebih khusus. Saat saya masuk ke kelas tersebut untuk mengisi jam kosong karena gurunya ada tugas di luar sekolah, saya mendapati anak itu selalu berkeliling kelas mengahampiri teman-temanya untuk diajak berbicara dan bermain, tidak mau duduk di tempat duduknya. Saat saya menyampaikan materi matematika pada saat itu dia sama sakali tidak mau memperhatikan malah mencoret-coret  buku dan menyobek-nyobeknya. Saat saya mendekati dia, saya melihat bukunya kosong dan berisi coretan-coretan, tidak terlihat catatan pelajaran yang dia tulis. Saat saya bertanya dia menjawab tidak paham, saya mencoba menjelaskan materi berulang-ulang kepadanya dia tetap tidak bisa, walapun saya sudah mencoba dari materi dasar yang sangat sederhana, mencoba membantunya menyelesaikan soal tahap demi tahapan dia tetap menjawab tidak bisa memahami materi tersebut.
Untuk itu guru kelasnya berusaha membimbingnya sedikit demi sedikit mendekatkan tempat duduknya dengan tempat duduk guru, memberikan ulasan materi yang lebih mendalam dan diulang-ulang agar dia dapat memahami materi, serta mencoba memisahkan dirinya duduk sendirian agar dia tidak mengganggu temannya dengan harapan dia bisa konsentrasi dengan pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar