Pengalaman Terkait Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar
Oleh:
Oleh:
(14120126)
Pengalaman saya saat
magang 2 di salah satu sekolah dasar di daerah perkotaan, saya menjumpai anak yang
berkebutuhan khusus/ inklusi yaitu seorang siswa laki-laki (sebut saja X) yang sudah
berada di kelas tinggi karena dia lamban dalam menerima pembelajaran dan
hiperaktif. Dia duduknya dipisah sendirian tidak bersama teman-temanya karena
anak itu suka mengganggu temannya, menjaili temannya, tidak bisa diam/tenang
dan sangat lamban dalam menerima materi pembelajaran sehingga anak itu duduk
sendiri karena tidak ada yang mau duduk sebangku dengannya. Ia di tempatkan
duduk sendiri di samping meja guru dengan tujuan agar tidak mengganggu temannya
dan guru lebih dapat memantaunya dengan mudah. Namun, walau dia duduk terpisah
dan berdekatan dengan meja guru dia tetap saja tidak bisa duduk diam dalam
pembelajaran tetapi berkeliling kelas menghampiri teman-temanya untuk diajak
berbicara dan bermain serta jail dengan siswa putri. Sehingga teman-temanya
merasa terganggu dan tidak nyaman berada di dekat siswa tersebut. Anak tersebut
seperti tidak tertarik dengan belajar, setiap teman-teman yang lain
memperhatikan guru saat pembelajaran dia malah asik bermain membolak-balik
bolpoint dan bukunya, saat ditanya guru di sama sekali tidak paham dan hanya
senyum-senyum saja. Saat guru mendekati bertanya dia selalu menjawab tidak bisa
dan tidak mau diajari. Materi yang mudahpun harus diajarkan berulangkali dan
dia tetap tidak bisa. Menurut teman-temanya memang dia sangat lambat dalam
menerima pembelajaran, nakal dan tidak bisa diam. Guru kelas pun menuturkan dia
sangat jail dan suka nakal dengan temannya. Dia sulit sekali untuk menerima
materi pembelajaran walapun sudah diperlakukan lebih khusus. Saat saya masuk ke
kelas tersebut untuk mengisi jam kosong karena gurunya ada tugas di luar
sekolah, saya mendapati anak itu selalu berkeliling kelas mengahampiri
teman-temanya untuk diajak berbicara dan bermain, tidak mau duduk di tempat
duduknya. Saat saya menyampaikan materi matematika pada saat itu dia sama
sakali tidak mau memperhatikan malah mencoret-coret buku dan menyobek-nyobeknya. Saat saya
mendekati dia, saya melihat bukunya kosong dan berisi coretan-coretan, tidak
terlihat catatan pelajaran yang dia tulis. Saat saya bertanya dia menjawab tidak
paham, saya mencoba menjelaskan materi berulang-ulang kepadanya dia tetap tidak
bisa, walapun saya sudah mencoba dari materi dasar yang sangat sederhana,
mencoba membantunya menyelesaikan soal tahap demi tahapan dia tetap menjawab
tidak bisa memahami materi tersebut.
Untuk itu guru kelasnya
berusaha membimbingnya sedikit demi sedikit mendekatkan tempat duduknya dengan tempat duduk guru, memberikan ulasan materi yang
lebih mendalam dan diulang-ulang agar dia dapat memahami materi, serta mencoba
memisahkan dirinya duduk sendirian agar dia tidak mengganggu temannya dengan harapan dia bisa konsentrasi dengan pembelajaran.